Komentar :
Muhammad Pradana (23/01/2018 19:28)
KUTIPAN CERITA SEJARAH DARI ANAK SANTIONG TEMPO DOLO.YANG ANAK CUCUNYA SEKARANG BERADA DILUAR KOTA TERNATE.(penduduk orang cina yang lahir disantiong)
Ternate merupakan kepulauan yang sangat kecil, tetapi sangat kaya dengan sumber daya alam, mulai dari rempah-rempah, kekayaan laut sampai pertambangan dan batu mulia permata (di sebut dengan nama batu bacan).
Usia kota Ternate sudah 762 tahun.
Usia yang sudah cukup tua, dan selama itu pula sejarah kota Ternate berkembang sangat cepat. Ternate sudah lama dikenal di dunia internasional sebagai kota rempah-rempah dan kota bersejarah, yaitu menjadi daerah yang diincar oleh negara-negara Eropa seperti Portugis dan Belanda untuk dijajah dan diambil kekayaan alamnya.
Ini terbukti dengan adanya sisa-sisa peninggalan jaman penjajahan berupa 7 buah benteng yang sudah terdata dan adanya peninggalan cengkeh tertua di dunia yaitu cengkeh Afo.
Bahkan, seorang naturalis terkenal dari Inggris, bapak Biogeografi dunia, Sir Alfred Russel Wallace pernah datang ke Ternate dan tinggal selama 4 tahun.
Alfred Russel Wallace datang pada pagi hari, tanggal 8 Januari 1858, ia membawa surat perkenalan diri kepada Duivenboden seorang penduduk ternate, yang leluhurnya Belanda.
Duivenboden bersekolah di Inggris dan sangat kaya. Ia memiliki 1/2 kota, kapal-kapal dan ratusan budak, sehingga ia dikenal sebagai raja di Ternate.
Berkat bantuan Duivenboden, Wallace mendapatkan rumah, meskipun rumah itu rusak di beberapa tempat tetapi Wallace sangat menyukainya.
Letak rumah itu dekat dengan kota. Dari rumah itu, tidak jauh menuju ke pedalaman dan gunung (pada zaman penjajahan Belanda, pedalaman dan gunung saat itu adalah Kelurahan Salahuddin dan kelurahan Skep yang ditandai dengan kebun buah-buahan, menurut kesaksian orang tua-tua, yang berumur sekitar 80 tahun, di dekat rumah saya dulunya banyak buah-buahan, yaitu pohon rambutan, mangga, jambu, manggis dan buah berry).
Rumah orang tua saya pada tahun 2008 dinyatakan sebagai rumah Alfred Russel Wallace karena seperti posting saya sebelumnya ada bukti keberadaan Wallace yaitu bekas sumur yang dalam dan bekas reruntuhan benteng portugis di sebrang rumah .
Pada masa penjajahan Belanda, Kelurahan Santiong sebagai batas antara penduduk Belanda dengan penduduk asli pribumi.
Benteng oranye ke arah selatan sampai gereja ayam (kampung sarani) ditinggali oleh penduduk Belanda.
Daerah selatan pada saat itu, tidak ada gereja. Selain gereja ayam (Gereja Protestan Maluku), ada satu gereja bersejarah lagi yaitu Gereja Katolik St. Wilibrordus (di Ternate dikenal dengan nama Gereja Batu).
Mulai dari benteng oranye ke arah utara, ditinggali oleh penduduk asli pribumi.
Kelurahan Santiong berasal dari kata san dan tiong, san berarti kuburan; tiong berarti tionghoa (cina). Di kampung Santiong memang terdapat pekuburan Cina.
Ke arah gunung (kurang dari 1 km dari rumah saya) terdapat areal pekuburan Belanda, Cina, dan Muslim.
Kuburan Belanda dan Kubur Cina banyak yang sudah dihancurkan oleh masyarakat untuk membangun rumah.
Tanah pemilik areal pekuburan tersebut dulunya satu pemilik saja, kemudian di bagi-bagi untuk areal pekuburan (menjadi wakaf).