Komentar :
Kawi Boedisetio (10/03/2018 15:43)
benteng bermeriam menghadap laut...
Joko Yuwono (28/01/2018 11:38)
Benteng Bukit Kursi yang terdapat di Pulau Penyengat, merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah Kerajaan Melayu dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan diri dari serangan musuh. Nama benteng tersebut diambil dari nama tempat di mana benteng itu dibangun, yaitu Bukit Kursi. Bukit Kursi merupakan lokasi yang cukup strategis untuk benteng pertahanan. Selain berada pada dataran tinggi di Pulau Penyengat, bukit ini juga langsung menghadap laut lepas.
Mengingat pentingnya peran Pulau Penyengatsebagai pusat pemerintahan, maka muncullah ide untuk membangun benteng pertahanan. Ide tersebut disetujui oleh Raja Haji Fisabillahyang saat itu menjabat sebagai Raja Kerajaan Melayu Riau. Sebuah benteng kemudian dibangun di Bukit Kursi dalam waktu 4 tahun atau sekitar tahun 1782—1784 M. Untuk menyempurnakan keberadaan benteng sebagai basis pertahanan kerajaan, maka didatangkan sebanyak 80 meriam dari Eropa yang dipasang di tiap-tiap sudut strategis untuk memudahkan para prajurit kerajaan menghalau tentara musuh.
Berkat Benteng Bukit Kursi ini, istana dan bangunan kerajaan lainnya yang terdapat di dalam kompleks kerajaan bisa terhindar dari serangan musuh dalam waktu yang cukup lama. Bahkan, pernah tercatat dalam sejarah perjuangan Kerajaan Melayu Riau, benteng ini mampu menjadi perisai yang tangguh guna menghalau penjajah Belanda yang akan memasuki Pulau Penyengat. Butuh strategi yang matang dan waktu yang cukup lama bagi Pemerintah Kolonial Belanda menguasai basis kerajaan dan benteng pertahanan tersebut.
Desain bangunan benteng ini cukup menarik. Benteng pertahanan yang terletak di atas bukit ini dibangun dalam bentuk parit-parit. Desain ini dibuat untuk menghindari serangan musuh yang datang dalam jumlah besar serta memiliki persenjataan yang lengkap. Di samping itu, parit-parit tersebut juga berfungsi sebagai jalur untuk menyuplai bubuk mesiu bagi persenjataan meriam. Hingga saat ini, parit-parit tersebut masih membentang di Benteng Bukit Kursi. Parit-parit ini digali dengan kedalaman 1 m dan menghubungkan tiap-tiap lokasi meriam berdiri. Tetapi kondisi parit-parit tersebut, sekarang ini kurang terawat dan terkesan kumuh.
Di atas Benteng Bukit Kursi ini, terdapat beberapa peninggalan meriam kuno. Tetapi, jumlah meriam yang terdapat di bukit tersebut jauh berkurang dari jumlah semula yang berjumlah sekitar 90 meriam. Sebagian meriam-meriam tersebut, oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dijual ke Singapura dengan harga yang cukup murah sebagai barang rongsokan. Sementara itu, sebagian lainnya hilang karena kurangnya pemeliharaan dan perawatan dari pemerintah daerah setempat.
Tak jauh dari Benteng Bukit Kursi, terdapat sebuah bangunan yang pada zaman dahulu dipergunakan untuk menyimpan bubuk mesiu. Oleh masyarakat setempat bangunan ini dinamakan Gedung Obat Bedil (gudang mesiu). Keberadaan gudang mesiu ini erat kaitannya dengan Benteng Bukit Kursi. Ketika pertempuran sedang berkecamuk, gudang ini menjadi penyuplai mesiu untuk senjata meriam guna menghalau musuh. Gedung Obat Bedil hingga sekarang masih berdiri kokoh walau telah berusia cukup lama.
Bentang Bukit Kursi terletak di Pulau Penyengat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjung Pinang, Kota Tanjung Pinang, Propinsi Kepulauan Riau, Indonesia.