Komentar :
Joko Yuwono (26/05/2018 12:28)
Wisma Perdamaian atau dahulu dikenal sebagai De Vredestein awalnya merupakan bangunan utama di komplek villa milik Nicolaas Hartingh, seorang pejabat VOC yang menjabat sebagai Gouverneur van Java’s Noord-Oostkust (Gubernur Jawa Utara Bagian Pesisir Timur, 1754–1761).
Setelah dihapusnya jabatan tersebut oleh Daendels, bangunan ini sempat hanya menjadi rumah singgah Gubernur Jendral.
Selanjutnya gedung ini digunakan sebagai rumah jabatan Residen Semarang.
Gedung De Vredestein ini juga memiliki kaitan erat dengan sejarah Perang Jawa. Setelah berakhirnya Perang Jawa pada 1830, pangeran Dipanegara ditahan oleh Belanda dan diasingkan ke Sulawesi, sebelumnya beliau transit di gedung ini selama seminggu (29 Maret-5 April 1830).
Di Wisma Residen Semarang, Dipanagara tak lepas dari pengawasan Mayor De Stuers. Bahkan sang mayor tidur sekamar dengan sang pangeran. Pada 5 April 1830 pagi, Dipanagara dan 18 orang pengikutnya berangkat dari Wisma Residen Semarang ke pelabuhan menuju Batavia.
Hingga tahun 1978, bangunan ini digunakan sebagai kampus Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang kemudian menjadi STPDN dan kampusnya pindah ke Jatinangor (Bandung). Pada tahun 1980-an gedung ini digunakan untuk Kantor Sosial dan selanjutnya untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah tahun 1994. Gedung yang berada di lokasi sangat strategis di Jalan Imam Bonjol No 209 Semarang ini memiliki luas lahan kompleks ± 15.000 m2 dan luas total bangunan ± 6.500 m2. Setelah direvitalisasi pada tahun 1994 gedung ini sempat menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah pada era Gubernur Suwardi dan “Wisma Perdamaian” disematkan sebagai nama gedung. Untuk fasilitas olahraga, di halaman belakang gedung terdapat sebuah kolam renang dan lapangan tenis. Meskipun strategis dan lengkap fasilitasnya, nampaknya keramaian lalu lintas di kawasan Tugu Muda kurang nyaman bagi para gubernur, sehingga setelah era Gubernur Suwardi, para gubernur kembali menggunakan Puri Gedeh di kawasan Gajahmungkur sebagai rumah dinas.
Saat ini Wisma Perdamaian selain digunakan untuk menerima tamu-tamu kenegaraan juga dimanfaatkan untuk banyak kegiatan pendidikan, budaya, maupun seni. Tanggal 11 April 2015 yang lalu, mahasiswa DKV Unnes mengadakan Pasar Branding ke-2 yang merupakan kegiatan memperkenalkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM di Jawa Tengah, sebelumnya pada bulan April 2014 diselenggarakan The First Semarang Violin Open Competition 2014, dan banyak kegiatan lainnya termasuk shalat tarawih setiap bulan Ramadhan yang selalu dipenuhi jamaah.
Rhini Febryan (25/03/2018 02:03)
Aku suka banget
eko prasetio (04/02/2018 00:52)
Wisma Perdamaian atau dahulu dikenal sebagai De Vredestein awalnya merupakan bangunan utama di komplek villa milik Nicolaas Hartingh, seorang pejabat VOC yang menjabat sebagai Gouverneur van Java’s Noord-Oostkust (Gubernur Jawa Utara Bagian Pesisir Timur, 1754–1761). Setelah dihapusnya jabatan tersebut oleh Daendels, bangunan ini sempat hanya menjadi rumah singgah Gubernur Jendral. Selanjutnya gedung ini digunakan sebagai rumah jabatan Residen Semarang.
Gedung De Vredestein ini juga memiliki kaitan erat dengan sejarah Perang Jawa. Setelah berakhirnya Perang Jawa pada 1830, pangeran Dipanegara ditahan oleh Belanda dan diasingkan ke Sulawesi, sebelumnya beliau transit di gedung ini selama seminggu (29 Maret-5 April 1830). Di Wisma Residen Semarang, Dipanagara tak lepas dari pengawasan Mayor De Stuers. Bahkan sang mayor tidur sekamar dengan sang pangeran. Pada 5 April 1830 pagi, Dipanagara dan 18 orang pengikutnya berangkat dari Wisma Residen Semarang ke pelabuhan menuju Batavia.
Hingga tahun 1978, bangunan ini digunakan sebagai kampus Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang kemudian menjadi STPDN dan kampusnya pindah ke Jatinangor (Bandung). Pada tahun 1980-an gedung ini digunakan untuk Kantor Sosial dan selanjutnya untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah tahun 1994. Gedung yang berada di lokasi sangat strategis di Jalan Imam Bonjol No 209 Semarang ini memiliki luas lahan kompleks ± 15.000 m2 dan luas total bangunan ± 6.500 m2. Setelah direvitalisasi pada tahun 1994 gedung ini sempat menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah pada era Gubernur Suwardi dan “Wisma Perdamaian” disematkan sebagai nama gedung.
Devi P (03/09/2017 22:55)
Large parking area and clean.
Leon L (30/07/2016 02:08)
Governors Official Home
suhiman rasmad (16/05/2016 10:16)
Ok
Rudy Hermansjah Tahir (29/11/2017 08:03)
Bangunan peninggalan Kolonial Hindia Belanda, yang menurut catatan di Tropen Museum, adalah kediaman Panglima KNIL wilayah Semarang
Ibrahim Bhra (04/08/2017 15:14)
Tempat luar biasa. Gedung bersejarah di tengah kota Semarang, rumah dinas Gub Jateng yg kini semakin terbuka buat kegiatan kesenian dan apapun. Megah.