Komentar :
Rudy Hermansjah Tahir (01/06/2018 17:26)
Menurut beberapa catatan, sebenarnya Menara ini berdiri dulu baru mesjidnya.Ini dikarenakan menara ini masjid ini dulu fungsinya adalah menara mercusuar,dikala pelabuhan Semarang masih berada di “Kleine Boom”, di sekitaran sleko-jembatan berok. Pasca diresmikannya kali baru, pelabuhan pun berpindah, dan mercusuar juga turut berpindah, digantikan dengan ukuran yang lebih besar dan lebih tinggi oleh Mercusuar Willem III yang dibangun tahun 1883. Kemudian, bangunan mercusuar beserta kantor pelabuhan dialihfungsikan sebagai menara dan Masjid oleh warga sekitar. Itulah mengapa bentuk bangunan utama masjid ini tidak seperti bentuk masjid pada umumnya.
Yuwana Galih Nugrahatama (15/05/2018 12:25)
Masjid ini dibangun di kawasan pemukiman Arab di jalan Layur, menaranya sendiri bergaya Hadrami serta dibangun oleh saudagar Arab dari Hadramaut (Yaman). Kawasan Layur adalah kampung Arab di Semarang, mayoritas berasal dari kawasan Hadramaut dengan profesi sebagai saudagar yang menjajakan barang komoditas ekspor saat masa emporium di Asia Tenggara abad ke - 17. Kebijakan 'Wijken Stelsel' atau pendirian pemukiman berdasarkan ras atau suku bangsa mulai dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada abad ke - 18. Beberapa rumah bergaya arsitektur lokal maupun campuran dari kawasan Timur Asing ada di kawasan ini.
Ibnu Rustamadji (10/05/2018 14:43)
Masjid Menara Layur ini dahulu disebut adalah kantor syahbandar di sekitaran kampung Melayu Semarang. Tujuanya untuk mengawasi kapal-kapal yang akan masuk Semarang selain melalui Sleko.
Menara yang saat ini digunakan sebagai menara adzan, dahulu adalah mercusuar untuk mengarahkan jalur kapal. Bangunan masjid sendiri berbeda dengan masjid lainya, yakni atap bertumpang 3 dengan konstruksi bangunan Jawa.
Tahun 1743 kampung Layur ini ditempati oleh orang-orang dari Yaman, Pakistan dan India. Awalnya adalah berdagang kemudian menetap di Semarang dan mendirikan komunitas Arab di Layur Semarang.
Bahkan Masjid Menara Layur ini menjadi pusat utama kekuatan etnis Arab dan Melayu. Sekaligus bukti kejayaan bisnis yang mereka rintis. Setelah berhasil mendirikan pemukiman mereka merasa kurang tempat ibadah, akhirnya masjid Menara ini yang menjadi bukti tradisi jazirah Arab di Semarang.
Keberadaan etnis Arab disini juga pernah digunakan sebagai alat propaganda oleh Belanda, yakni penolakan pembangunan klenteng oleh orang Tionghoa. Pada kenyataanya banyak orang Melayu dan Arab yang ikut serta pendirian klenteng.
Saat ini masjid dengan konstruksi lantai 2 ini, pada bagian lantai 1 sudah tenggelam oleh air rob pantai utara. Konstruksi lantai 2 dengan lantai kayu akhirnya diganti dengan lantai biasa. Dan lantai 1 sudah tidak dapat diakses sama sekali.
Ustat Rohmadi (04/05/2018 12:22)
Like
Kunto Heri Judanarto (07/03/2018 02:39)
Cukup unik/antik, arsitektur n warna menarik, sayangnya tidak digunakan tuk sholat jumat
eko prasetio (19/12/2017 11:56)
masjid layur atau masjid menara dulunya masjid ini adalah kantor pelabuhan Semarang. Dan menara atau mercusuar yang terdapat di latar masjid tersebut dulunya masih berfungsi normal sebagaimananya mercusuar pada umumnya, yaitu sebagai penunjuk atau pemberi navigasi kapal yang tengah berlayar di laut.
Namun, setelah pelabuhan berpindah, mercusuar juga turut berpindah. Kemudian, bangunan mercusuar beserta kantor pelabuhan dialihfungsikan sebagai menara dan Masjid oleh para saudagar Arab yang berasal dari Yaman.
tommy warrior (11/07/2017 21:01)
USED to be the watch tower in Dutch colonialization era. Then used as minaret for mosque.