Komentar :
LB Wicaksono (21/04/2018 09:45)
Sepertinya agak kurang terawat bangunannya. Seandainya bangunan dapat diperbarui kemungkinan dapat menarik minat lebih banyak pengunjung. Untuk koleksi di museum ini cukup lengkap dan semuanya diberi keterangan tentang asal-usul dan sejarahnya. Semua koleksi di museum ini masih terawat dengan baik. Pelataran belakang gedung museum juga cukup luas sehingga sangat cocok dijadikan tempat outbond dan gathering organisasi. Semoga warga Pekanbaru terutama generasi mudanya senantiasa tidak melupakan khasanah budaya yang dimiliki bumi lancang kuning ini.
Joko Yuwono (20/04/2018 02:08)
Berdasarkan data sejarah tersebut bahwa daerah Riau pernah menjadi pusat kebudayaan Melayu yang pada masanya berada dipuncak kejayaan, sebagaimana sebuah kerajaan besar. Dengan demikian dapat dipastikan daerah ini banyak memiliki benda-benda pembuktian material yang merupakan hasil sejarah budaya manusia serta alam dan lingkungannya yang sangat penting dilestarikan dan divisualisasikan dalam sebuah museum.
Setelah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang dalam hal ini adanya pengalihan kewenangan beberapa bidang urusan Pemerintahan Pusat yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah, termasuk salah satunya yaitu Bidang Kebudayaan yang mana didalamnya mengenai Pembinaan Permuseuman, maka kemudian Pemerintah Provinsi Riau melalui Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 17 Tahun 2001 maka Museum Negeri Provinsi Riau diganti nama menjadi Museum Daerah Riau "Sang Nila Utama" yang berada dibawah Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Provinsi Riau.
Sang Nila Utama adalah nama yang diberikan kepada seseorang yang berasal dari nama seorang Raja Bintan yang pernah berkuasa sekitar abad ke-XIII masehi di Pulau Bintan. Museum ini pada awalnya belum diberi nama, atas inisiatif Kepala Museum waktu itu menunjuk beberapa budayawan Riau sebagai Tim Diskusi dengan Surat Keputusan tanggal 13 Oktober 1993 Nomor 227/109.09/MR/C-93 dimana tim tersebut bertugas mengusulkan beberapa nama yang termashyur di Riau untuk dijadikan nama museum ini.
Menurut data sejarah, daerah Riau dahulu merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya antara abad ke-7 sampai abad ke-12 masehi. Pada masa puncak kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat perdagangan internasional dan pusat pengajaran agama Budha di Asia Tenggara. Keadaan seperti itu berlangsung sampai datang serangan dari Kerajaan Singosari sekitar tahun 1272 pada daerah-daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Sejak itu masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berangsur mulai pudar.
Setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh akibat serangkaian invasi tersebut, banyak para bangsawan kerajaan keturunan Dinasti Sailendra dari Kerajaan Sriwijaya tersebut meninggalkan daerahnya yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kebebasan tahta leluhur mereka dengan mendirikan kerajaan-kerajaan baru. Salah satunya adalah Sang Sapurba, yang meninggalkan Palembang (daerah Sriwijaya) dengan diiringi oleh Mangkubumi yang tidak lain adalah mertuanya sendiri yaitu Demang Lebar Daun dan putranya Sang Nila Utama.
Rombongan mereka ini meninggalkan daerah asalnya dengan menggunakan sebuah perahu atau lancang berwarna kuning menuju ke bekas daerah taklukan Sriwijaya yang telah melepaskan diri yaitu Kerajaan Bintan. Konon, di Pulau Bintan ini bertahta seorang ratu yakni Ratu Sri Bintan yang telah menjanda dan mempunyai seorang putri Wan Sri Beni.
Dengan berpedomankan Gunung Daik bercabang tiga, yakni suatu selat yang bernama Selat Sambu hingga sampailah rombongan Sang Sapurba di Kerajaan Bintan. Kedatangan perahu kerajaan tersebut diketahui oleh para penjaga perairan yang kemudian segera menyampaikan berita tersebut kepada Ratu Sri Bintan.
Kemudian Ratu Sri Bintan memerintahkan kepada 2 (dua) orang hulubalangnya yaitu Indra Bupala dan Aria Bupala untuk mengadakan penyambutan di Tanjung Rengas dan membawa rombongan Sang Sapurba ke Istana Bintan. Sesampainya di istana, mereka disambut dengan meriah oleh Ratu Sri Bintan bersama putrinya Wan Sri Beni dan para pembesar kerajaan lainnya. Selama berkunjung di Bintan rombongan Sang Sapurba ini diberi pelayanan yang baik sebagaimana tamu agung.
Hingga beberapa waktu berselang, putra Sang Sapurba yang bernama Sang Nila Utama jatuh hati kepada putri Wan Sri Beni. Ayah Sang Nila Utama demi mengetahui hal tersebut dengan segera menyampaikan maksud putranya untuk meminang Putri Wan Sri Beni kepada Ratu Sri Bintan. Kemudian setelah diadakan perundingan kedua belah pihak, akhirnya pinangan tersebut diterima oleh Ratu Sri Bintan dan selanjutnya dilaksanakan pernikahan Putri Wan Sri Beni dengan Sang Nila Utama.
Rahma (01/04/2018 09:31)
Terletak di tengah kota Pekanbaru tapi seolah tak terlihat.
Yang rajin mengunjungi justru siswa-siswa sekolah dari luar pekanbaru.
Penerangan museum kurang baik sehingga terkesan suram.
Hanya ada pegawai di dekat buku tamu.
Tak ada guide yang mendampingi pengunjung
Information info (07/03/2018 22:56)
Good. But they need to improve more services to the visitor, even though there's only a few visitors in work days. And they should add more of history collection here, to attract more people. They also need to promote this museum more, I'm sure it'll draw more people to come in.
izzatul yazid (22/02/2018 15:08)
Museum daerah yang menjadi salah satu cagar budaya Riau ini kondisinya kurang terawat. Sehingga kurang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Dari segi penerangan, kebersihan ruangan museum dan kondisi barang bersejarah yang di dalamnya. Sebenarnya bisa menjadi pilihan wisata edukatif bagi sekolah sekolah yang ada di kota Pekanbaru ini
Lisa Florencia (25/08/2017 13:59)
Old museum. It should be renewed but well kept
Efni Indriamirna (30/07/2017 02:28)
Riau Heritage & culture collection. Museum facilities would not be completed
Dennis Jayeck (05/08/2017 07:19)
Melihat pakem baju tradisional Riau dan kabupaten-kabupaten di dalamnya, miniatur rumah adat dan candi, sejarah Riau dll
Hakim Lao (16/06/2017 08:09)
Destinasi wisata sejarah tentang Riau. Sayangnya nggak terlalu populer sama masyarakat...
Rassendyll Rudolf (22/05/2017 16:10)
Tutup awal sangat. Jam 3 udah tutup
Ahmad Fajri (16/04/2017 01:31)
Kurang menarik museum ini..gk tega saya kasih bintang 3.
Gie Ant Dumai (03/02/2017 15:34)
Tour guide museumnya ga ada tadi. Kita jadi kesulitan untuk bertanya tentang hal2 yang berkaitan dengan benda/aktifitas yang dipajang dalam museum. Penanggalan dalam buku tamu tidak diperbarui kecuali atas inisiatif pengunjung sendiri.
sally waskitha (24/11/2016 01:10)
Terlalu sepi dan kurang perhatian museum ini.. tak bisa menarik perhatian anak2 untuk berkunjung
Muhammad Sadeli (23/11/2016 07:03)
Museum yang sepi dan kurang sosialisasi kepada masyarakat walau isi museum nya cukup lengkap
Ryanda Putra (22/10/2016 13:45)
Gak tega memberi nilai jelek untuk Museum ini tapi memang kondisi museumnya tidak menarik minat pengunjung untuk datang kesini. Koleksi Museum sebagian besar hanya replika. Tapi cocoklah untuk pelajar yang ingin mencari informasi mengenai situs bersejarah, kerajaan-kerajaan di Riau. Dan ada keunikan sebuah batu raksasa seberat 1 ton yang dinamakan batu siput. Ada miniatur istana siak, candi muara takus, Masjid Pulau Penyengat, dll. Perlu modernisasi museum yang digabung dengan teknologi digital agar Museum ini menjadi daya tarik wisatawan.
Ryan P (22/08/2016 06:00)
Sejak TK hingga sudah tua gini gak ada ada perubahan di museum ini. Sebaiknya terus berbenah mengikuti perkembangan zaman. Selalu sepi
himawan hadiyanto (28/08/2016 05:36)
Perlu ditambah sarana2 pendukung seperti arena bermain anak kekinian dll yang menjadi magnet wisatawan berkunjung kesini.
Guru Bangsa (22/08/2016 06:00)
Sejak TK hingga sudah tua gini gak ada ada perubahan di museum ini. Sebaiknya terus berbenah mengikuti perkembangan zaman. Selalu sepi
suta wijaya (24/06/2016 11:54)
Sayang kurang menarik minat masyarakat riau untuk menghargai sejarah dan budaya
rini anggraini (23/05/2016 06:43)
Sejarah & ilmu pengetahuan tentang Riau ada di sini.
yudi ahmad (07/03/2016 12:56)
Bagus untuk dikunjungi