Komentar :
andar wahyuli (10/04/2018 14:41)
Pentas Karawitan dan wayangan memperingati hari jadi kota Magelang tiap tanggal 10 April
anwar wahyu (15/03/2018 01:00)
Tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi. Dengan penduduk sekitar yang ramah..
april anjas (08/03/2018 03:06)
Bnyak pljrn
Regi Adi (01/03/2018 03:47)
Apik
Nara Citarani (20/01/2018 01:44)
Sejarah Kota Magelang. Tempatnya bagus dan bersih.
Agung Hidayat (05/07/2016 16:42)
Prasasti Mantyasih berangka tahun 829Çaka atau bertepatan dengan 11 April 907 M, dengan menggunakan aksara dan berbahasa Jawa Kuno. Prasasti ini merupakan tamra praśasti yang terdiri atas tiga buah prasasti. Sebuah dipahatkan pada batu yang kini disimpan di Museum Nasional dengan nomor D 40, yang merupakan bagian awal prasasti. Sebuah lagi dipahatkan pada satu lempeng tembaga yang kini disimpan di Museum Nasional dengan nomor E 19 yang merupakan bagian tengah dari suatu prasasti, dan sebuah lagi, yang terlengkap disimpan di Museum Radyapustaka, Surakarta, terdiri dari dua lempeng tembaga. Mengenai prasasti yang disimpan di Museum Radyapustaka, seorang arkeolog Titi Surti Nastiti, pernah mengeceknya, tapi ternyata prasasti tersebut sudah tidak ada lagi.
Prasasti Mantyasih ditemukan di Kampung Meteseh Kidul, Desa Meteseh, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Dharmmodaya Mahasambhu ini berisi tentang anugerah kepada lima patih bawahan yang berjasa dalam menjaga keamanan saat pernikahan Dyah Balitung. Dalam prasasti ini juga disebutkan mengenai silsilah raja-raja Mataram Kuno atau Medang yang memerintah sebelumnya. Nama raja yang ditulis antara lain Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Ratu Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung.
Benny Adityawarman (12/04/2017 22:46)
Tempat bersejarah untuk mengetahui cikal bakal Kota Magelang.