Komentar :
DHANNY NOVIANSYAH (24/12/2017 18:23)
Elita Bioscoop
Di sebelah timur Masjid Raya terdapat bioskop yang berentetan (ki-ka) yaitu: 1) Elita Bioscoop adalah bioskop paling elit setelah Concordia dengan orang-orang terpilih yang menonton dengan pakaian rapi dan memakai sepatu. Bioskop ini dimiliki oleh F. A. A Buse, seorang raja bioskop yang memiliki jaringan besar Elita Concern. Bioskop ini dibangun tahun 1910an dengan gaya arsitektur Art Nouveau dan sempat berganti nama menjadi Puspita tahun 1960an, 2) Varia Park yang merupakan feesterrein atau taman hiburan menampilkan gulat, seni tradisional, dan lainnya. Varia artinya serba-serbi, dan 3) Oriental Show yang dibangun tahun 1930an. Sayangnya ketiga bioskop ini dihancurkan untuk dibangun pertokoan Palaguna yang sekarang kondisinya sudah layak dihancurkan juga.
Elita merupakan bioskop yang memutar film Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926. Film ini merupakan film yang memiliki latar belakang Indonesia (konon syuting dilakukan di antara Bandung-Padalarang) dan dibuat oleh perusahaan NV Java Film Co. Sutradaranya sendiri adalah orang Belanda bernama Heuveldorp dan Krugers sebagai kameramen. Tidak bergerak sendiri, mereka bekerja sama dengan bupati Bandung Wiranatakusumah V dimana keluarganya berakting dalam film tersebut. Latar belakang pembuatan film tersebut adalah film-film impor yang hadir sebelum tahun 1926 adalah film-film yang berbau kekerasan dan pemerkosaan sehingga diharapkan film ini dapat menciptakan image bahwa Belanda itu baik. Loetoeng Kasaroeng berhasil ditayangkan selama 1 atau 2 tahun di Elita tanpa henti karena selalu ada peminatnya.
Bioskop di Bandung tidak hanya yang disebutkan di atas karena masih banyak lagi seperti Apollo di Banceuy, Alhambra Bioscoop di Kompa-Suniaraja, Orion Bioscoop di Kebonjati, Vogelpoel Bioscoop di Braga-Naripan, Luxor di Sudirman, Rivoli Theater (kini Rumentang Siang) di Kosambi, Liberty Bioscoop di Cicadas, dan lainnya. Perkembangan dunia perbioskopan zaman dulu diadakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan hiburan. Saat itu bioskop tidak hanya sekedar tempat menonton saja tetapi di beberapa diantaranya yang memiliki balkon terdapat ruangan cafe dengan satu meja dan kursi sehingga bisa ngopi-ngopi.