Komentar :
Titah Haryanto (03/05/2018 11:20)
Rumah adat salah satu warisan leluhur Minangkabau yang tetap abadi di era modernisasi kemajuan teknologi.
Sandi Sande (05/04/2018 09:39)
Istano lain yang ada di Batusangkar ukurannya tidak sebesar istano pagaruyuang yang kunjungannya juga tidak serame istano basa, ini menjadi perhatian pemda setempat bagaimana menggalakkan promosi sehingga pengunjung juga rame kesini
zulkarnaen een (17/03/2018 03:42)
dont forget it. good landscape
Joko Yuwono (04/03/2018 07:39)
Istano Silinduang Bulan merupakan istana yang terletak di nagari Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatera Barat. Kini istana tesebut sedang direnovasi, setelah mengalami kebakaran pada tanggal 21 Maret 2010.
Nama Silinduang Bulan adalah nama yang diberikan kepada Istana Raja Pagaruyung setelah dipindahkan dari Ulak Tanjuang Bungo ke Balai Janggo pada tahun 1550 oleh Daulat Yang Dipertuan Raja Gamuyang Sultan Bakilap Alam (Sultan Alif Kalifatullah Johan Berdaulat Fil’Alam I), Raja Alam sekaligus pemegang jabatan Raja Adat dan Raja Ibadat Pagaruyung. Tahun ini sebagai penanda awal diberlakukannya secara resmi hukum syariat Islam di seluruh kerajaan Pagaruyung menggantikan hukum-hukum yang bersumber dari agama Buddha Tantrayana.
Kemudian Istano Silinduang Bulan dibangun kembali pada tahun 1750, karena bangunan lama telah tua dan mulai runtuh. Pada tahun 1821, istana ini terbakar dalam kecamuk Perang Paderi. Pada tahun 1869, Istano Silinduang Bulan dibangun lagi oleh Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu, kemenakan dari Sultan Tangkal Syariful Alam Bagagar Syah Yang Dipertuan Hitam, serta putri dari Yang Dipertuan Gadih Reno Sori dengan Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Sembahyang (pemegang jabatan Raja Adat, Raja Ibadat, dan Raja Alam). Pada tanggal 3 Agustus 1961 Istano Silinduang Bulan terbakar lagi.
Istana yang ada sekarang didirikan kembali di tapak Istana yang terbakar pada tahun 1961. Pembangunannya dimulai pada tahun 1987 dan diresmikan pada tahun 1989. Diprakarsai oleh Sutan Usman Yang Dipertuan Tuanku Tuo Ahli Waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung, Tan Sri Raja Khalid bin Raja Harun, Raja Syahmenan bin Raja Harun, Aminuzal Amin Datuk Raja Batuah, Basa Ampek Balai, ninik mamak nagari Pagaruyung, anak cucu keturunan dari Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dalam kaitannya sebagai sapiah balahan, kuduang karatan. Kemudian didorong sepenuhnya oleh Azwar Anas, Gubenur Sumatera Barat. Namun pada tanggal 21 Maret 2010, istana ini kembali terbakar.
irzal fanany (01/02/2018 14:44)
Lokasi Istano Silinduang Bulan tidak jauh dari Istano Basa Pagaruyung. Walaupun bangunan sudah tidak asli tapi istana ini dibangun kembali di tempat aslinya dan sangat indah dengan ukiran-ukirannya. Lokasi parkirnya cukup luas, bersih, tapi tempat wisata ini rasanya masih sepi
Alif Hulawarman (04/09/2017 13:21)
Authenticity and cultur rich
Yos st mudo (17/11/2017 22:20)
Meskipun istana ini dibangun kembali, namun letaknya merupakan tempat yg asli istano. Leluhur kami
Indra Hutagalung (10/10/2017 23:49)
Kekayaan budaya yang perlu di jaga dan dilestarikan
Wynni Andreas (04/08/2017 23:19)
Istananya msh asli ... bukan replika.
Ismawati Jambi (15/07/2017 00:29)
Rumah asal raja pagaruyung
Keramik Metriza (14/05/2017 00:26)
Arsitekturnya lebih menarik buat saya daripada Istana Basa Pagaruyung
HeriYanto Nuranas (23/08/2016 03:52)
Istano Silinduang Bulan terletak di pusat kerajaan Pagaruyung. Istana yang berukuran 28 x 8 meter disebut juga dengan Rumah Gadang Sambilan Ruang.
Istana ini didirikan di tapak istana lama yang terbakar pada tahun 1966 atau sekitar dua kilometer sebelah utara Istana Basa (terbakar 2007). Sehingga, Istano Silinduang Bulan yang ada sekarang bukan lagi istana yang asli, akan tetapi merupakan replika yang sudah dibangun ulang untuk menggantikan istana lama yang terbakar.
Istano Silinduang Bulan mempunyai beberapa keunikan yang menarik untuk dilihat. Dari style bangunan, Istano Silinduang Bulan menggunakan style “Alang Babega”, hal ini berbeda dengan istana-istana yang lain yang ada di Minangkabau yang lebih banyak memakai style bangunan Gajah Maharam, Rajo Babandiang, Sitinjau Lauik dan sebagainya. Style “Alang Babega“ ini merupakan style bangunan khas tempat para raja dan keluarga menginap.
Pada bagian dinding istana ini dihiasi dengan berbagai jenis ukiran. Diantaranya: Pucuak Rabuang dan Aka Cino dipadukan dengan hiasan kaca Tabentang Kalangik. Pada jalusi di atas jendela dihiasi dengan ukiran tembus dengan motif Si Kambang Manih. Pada bagian di bawah pinggir atap yang disebut dampa-dampa dihiasi dengan tiga jenis ukiran yaitu: Pisang Sasikek, Aka Cino dan Tantadu Bararak. Pada pintu masuk juga dapat dilihat berbagai macam jenis ukiran seperti: Tupai Managun, Daun Bodi, Saik Wajik, Bungo Lado, Buah Palo Bapatah, Itiak Pulang Patang. Sehingga Istano Silinduang Bulan merupakan salah satu Rumah Gadang yang memiliki ukiran Relic Minang yang sangat indah dan menakjubkan. Sementara itu atap Istano Silinduang Bulan mempunyai tujuh buah gonjong (tajuk) yang berdiri kokoh dan megah menjulang ke langit.
Di bagian halaman Istano Silinduang Bulan berdiri dua buah rangkiang. Rangkiang merupakan tempat penyimpanan padi para keluarga Kerajaan Pagaruyung. Kedua rangkiang tersebut diberi nama Si Bayau-bayau dan Si Tinjau Lauik.
Sebagai istana Kerajaan Pagaruyung, Istano Silinduang Bulan sekarang ini masih banyak menyimpan benda-benda pusaka Kerajaan Pagaruyung yang dirawat dengan baik. Warisan pusaka kerajaan yang ada tersebut tentunya menarik untuk dilihat dan diamati.