Komentar :
Ibnu Rustamadji (16/05/2018 08:38)
Stasiun Lasem ini berada di jalur milik perusahaan kereta swasta Hindia Belanda, yakni Samarang Joeana Stoomtram Maatschappij atau SJS yang berada di Pengapon Semarang. SJS sendiri memiliki hak menjalankan tram dan kereta api.
Stasiun Lasem ini muncul seiring dengan adanya surat kuasa gubernur jenderal lebih tepatnya "Gouvernement Besluit" tepat pada tanggal 18 Maret 1881 No. 5 SJS. Stasiun resmi dibangun 1883 dan bertahan hingga 1900, awalnya digunakan sebagai mengangkut hasil bumi dari Rembang, Blora, Cepu dan sekitarnya oleh pemerintah Hindia Belanda.
Seiring perjalanan waktu stasiun lasem digunakan juga sebagai alat transportasi dari Semarang - Lasem maupun sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena Lasem menjadi pelabuhan yang cukup ramai dan perdagangan pun semakin menjamur.
Sehingga banyak sekali budaya yang tercampur disana, seperti budaya Jawa, Eropa dan Tionghoa. Dan yang paling kental adalah budaya Tionghoa, maka banyak sekali rumah Tionghoa bercampur Eropa. Begitu pula dengan Stasiun Lasem.
Stasiun Lasem ini berdiri dengan gaya arsitektur campuran antara Tionghoa dan Eropa, dapat disaksikan pada bagian kantor stasiu pada bubungan atap berbentuk tembok rumah Tionghoa sedangkan peron stasiu bergaya Eropa.
Keberadaan stasiun ini cukup dekat dengan kawasan pecinan Lasem dan Tegel Fabriek LZ, karena Tegel Fabriek LZ ini juga memberikan produksi tegel mereka untuk lantai stasiun. LZ disini adalah Lazem atau Lasem dan tegelnya ada yang bermotif timbul dan bermotif tahu.
Fanni Anjas-Sagitta (18/03/2018 05:43)
Dulu merupakan stasiun kereta api yang cukup besar namun sekarang ditinggalkan seiring kekalahan kereta api dari angkutan jalan raya di jalur ini. Sekarang bangunan ini menjelma menjadi stasiun truk yang banyak sekali diparkir di sini. Kondisinya sekarang sangat memprihatinkan padahal bangunan stasiun Lasem ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Sekedar informasi, bangunan stasiun Lasem ini memiliki keunikan tersendiri karena memiliki aksen tiongkok di sana sini, berbeda dengan stasiun-stasiun kereta peninggalan kolonial lain yang bergaya eropa.
okky priditama (18/02/2018 03:16)
ngopi karo nyawang montor parkir
bilqis sulis eka (26/08/2017 04:21)
Waktu msh sd dulu sekitar thn 86 saya pernah ke Rembang dan Pamotan naik kereta dr stasiun ini
Alfonsus widhi (17/07/2017 12:00)
Di ristrutturare in modo migliore. È stato un luogo molto importante per facilitare i viaggi di mio papà per andare a lavorare
yamaha mio (09/03/2017 15:40)
Pembangunan jalur kereta Semarang-Rembang dimulai tahun1884-1900 sedangkan menuju ke timur yaitu Lasem-Jatirogo jalur keretanya di bangun tahun 1914-1919 , Juana (Joana)-Lasem mulai di buka tanggal 1 Mei 1900 yang banyak menelan korban pada saat pembangunannya.
Jalur kereta Rembang-Semarang merupakan salah satu pioner dari kejayaan perkereta apian di Semarang itu sendiri, pembangunan rel pertama pada tanggal 7 Juni 1864 yang berlokasi di desa Kemijen (sekarang Stasiun Gudang Semarang). Pelaksanaan proyek pembangunan dipimpin Baron Sloet Van den Beele (1886-1866).
Berselang tiga tahun kemudian jalur Semarang-Temanggung sepanjang 25 km dioperasikan sebagai angkutan umum sampai tahun 1970-an akhir yang masih menggunakan tenaga Uap, dimana petugas keretanya akan selalu sibuk membakar kayu di perut lokomotif bagian depan.
Di Stasiun Pamotan masih tersisa bak penampung air yang sangat besar dan tinggi yang orang dulu bilang “sepure ngombe ndisik” (Keretanya minum dulu) untuk kemudian air itu di jadikan uap sebagai tenaga penggeraknya dan baru setelah itu kereta api di Indonesia pada umumnya sudah menggunakan tenaga diesel di susul tenaga listrik era tahun 1980-an hingga sekarang.
Lokomotif milik SJS semua adalah lokomotif uap. Jalur milik SJS tidak pernah dilewati lokomotif diesel sama sekali hingga tahun 1960-an, setelah Kemerdekaan Indonesia. Berikut adalah daftar lokomotif uap yang pernah dipunyai SJS dan kapan mulai beroperasi:
Nomor Lokomotif Tahun Beroperasi Pabrik Pembuat
B12 1881 Wekspoor
B20 1882 Beyer Peacock dan Wekspoor
B27 1912 Hartmann
C19 1898 Hartmann
Bengkel dan dipo lokomotif terdapat di Stasiun Demak, Stasiun Kudus, Stasiun Blora dan Stasiun Purwodadi.
By: Semarang Tempoe Doeloe
Max Cold Junior (10/11/2017 10:44)
Tempatq makan minum ee' dan segalanya
Rudy Dwi Hardianto (21/09/2017 11:33)
Saya juga suka menelusuri stasiun ini