Komentar :
Yonathan Hartono (27/05/2018 08:22)
Pada masa itu Pdt. Harjowasito datang sebagai pendeta konsulen dan bertempat tinggal di Metro. Situasi ini terjadi sampai perang kemerdekaan selesai tahun 1950. Sesudah tahun 1950 mulailah kembali terjadi persekutuan dan kebaktian bersama dengan warga gereja lain di gereja Bambu Kuning.
Pada tahun 1954 yang bertugas pendeta konsulen yaitu Pdt. Siswodwijo. Pada tahun 1957 kebaktian GKJ dilakukan di Bambu Kuning pkl. 16.00 WIB yang kemudian berubah menjadi pkl. 11.00 WIB.
1 Januari 1958 dibentuk kelompok GKJ Tanjungkarang dengan ketua majelis Bp. Kasmad dengan jumlah jemaat 63 jiwa (30 dewasa dan 33 anak) yang menginduk di GKJ Metro.1 Januari 1959 GKJ Kelompok Tanjungkarang mendapat bantuan tenaga yaitu Eddy S. Sihrahmanto sebagai Pembantu Pendeta (PP).
27 Agustus 1961 kelompok Tanjungkarang didewasakan oleh gereja induk di Metro, mempunyai majelis yang diketuai Bp. Kasmad. PP. Eddy Sihrahmanto dipanggil ke Metro, menyebabkan pekerjaan majelis lebih berat, karena pelayanan meliputi daerah-daerah di luar Tanjungkarang. Baru pada tahun 1965 di Tanjungkarang ada Pdt. Poedjosuwito sebagai pendeta utusan Tanjungkarang yang melayani daerah Lampung Selatan, baik sebelum maupun sesudah mempunyai pendeta jemaat sendiri.
Pdt. Poedjosuwito bertugas sampai dipanggil Tuhan pada 3 Desember 1983. sementara itu Pdt. Sukarwan yang ditahbiskan sebagai pendeta jemaat GKL Tanjungkarang 20 Maret 1970 ditanggalkan dari jabatannya karena adanya pelanggaran hukum gereja pada 21 Juni 1978.
Pada masa itu pula datang Pdt. Hoogerwef sebagai pendeta utusan dari Metro bertugas sebagai pengader, bertempat tinggal di Tanjungkarang tahun 1968-1973. Beberapa saat kemudian diteruskan oleh Pdt. Yussar Yanto bertugas sampai emiritus tahun 2000.
Setelah mengalami kekosongan pendeta jemaat selama 6 tahun, pada 3 Juni 1982, Pdt. Solihin Daniel bertugas melayani sebagai pendeta jemaat sampai dipanggil untuk melayani di Yayasan Pelaut tahun 1995.
Tempat kebaktian pada 25 Desember 1974 berpindah dari Bambu Kuning ke Sutan Syahrir 27, yang waktu itu masih berbentuk 2 buah rumah kapal. Waktu renovasi rumah kebaktian tahun 1976 banyak tantangan dari masyarakat maupun Pemda Bandar Lampung.
Atas bantuan saudara-saudara seiman baik di pemerintahan maupun di luar pemerintahan, kebaktian berjalan terus, dan akhirnya renovasi dapat selesai bulan Desember 1982 dengan mendapat IMB tahun 1984. Tahun 1995 rumah ibadah kembali dipugar (renovasi), dan bentuk fisiknya seperti terlihat saat ini.
Pada masa-masa itu beberapa kelompok GKL Tanjungkarang bergabung dengan GKL Sidomulyo (Gaya Indah, Batu liman, Umbul Kalang). Dari kelompok Sumber Rejeki, Margo Agung, Umbul Rejo, yang sebelumnya mempunyai Pembantu Pendeta (PP) Bpk. Suyatno bersama kelompok Karangsari, Tritunggal, Wawasan, berintegrasi dengan GKL Way Galih menjadi GKL Tanjungbintang pada tahun 1998 sekaligus dilakukan pentahbisan Bpk. Suyatno sebagai pendeta jemaatnya.
Sedangkan GKL Tanjungkarang mentahbiskan pendeta jemaatnya Pdt. Eko Prih Joko Sungkowo, S.Th pada tahun 27 Agustus 1997, yang sebelumnya melayani di GKL Way Galih.
Hotmauli situmorang (03/02/2018 04:14)
Amen2 dsni
Urkes Polresta Balam (31/01/2016 00:21)
Salah tempat, bukan yang disini