Komentar :
Ram Komara (01/05/2018 04:17)
Tempat bersejarah yg tidak terlupakan
Rudy Hermansjah Tahir (28/02/2018 04:25)
Pada tahun 1825 berangkatlah putra sunur yang bernama Daut menuntut ilmu keperguruan Cakiang di Bukittinggi pada waktu itu dipimpin oleh tokoh-tokoh perang Padri, H.Sumanik, H.Miskin dan H. Piobang. Sekembalinya Daut dari Cangkiang berselisih paham tentang penetapan bulan Ramadhan, hal ini mendorong niatnya Daut menunaikan haji ke Makkah dan belajar agama islam di Makkah. Sekembali dari sana beliau dipanggil Syekh sebagai panggilan kehormatan. Sebelum beliau meninggal pernah berwasiat untuk membangun mesjid di lokasi surau dan melanjutkan syiar agama Islam. Sepuluh tahun setelah beliau meninggal berdirilah Mesjid Raya Sunur nan megah pada masa itu. Pembangunan Mesjid dipimpin oleh putra almarhum bernama Syekh Muhamad Adam dan bersama Syekh Jalalluddin bersama-sama jema’ah dan masyarakat menghimpun dana. Dengan 45 tingkat tangga terbuat dari batu melingkar yang digunakan untuk azan Shalat 5 waktu sehari. Menara kubah bertiang 8 buah sebagai penyangga, satu tiang mercu ditengah bangunan mesjid menjulang tinggi dikelilingi oleh 4 kubah masing-masing pojok bangunan.
Mochamad Ilham (14/08/2017 09:24)
Sya tingga di samping mesjid raya sunur.sya cucu dri abak labai bakara.
suardi petot (12/12/2016 14:21)
Peta ini menuntun dg lengkap.
Zuhar Man (14/08/2015 16:24)
Mesjid raya sunur adalah sebuah saksi sejarah berdirinya kampung sunur...tapi sayang generasi muda sekarang kurang mnghargai itu dan generasi muda lebih cenderung bermain judi dan semakin merajalela seakan" sdh tidak ada lagi rasa segan diantara yg muda'' trhadap yg tua"..mw sampai kpn hal ini dbiarkan..bknkah sunur trkenal dgn adat dan agama yg begitu kental...budaya malu seakan" terkikis oleh zaman.