Komentar :
Bujakng Nyangko (27/05/2018 02:09)
Pekabaran Injil bagi suku Dayak di Kalimantan dimulai oleh Zending Barmen (Rheinische Missionsgesellschaft atau RMG) dengan mengutus dua orang penginjil dari Jerman, yaitu: Heyer dan Barnstein, yang tiba di Jakarta pada tanggal 13 Desember 1834. Tetapi hanya Branstein yang berangkat ke Kalimantan dan tiba di Banjarmasin pada tanggal 26 Juni 1835. Lalu, pada tanggal 3 Desember 1836 tiba lagi tiga orang penginjil, yaitu: Becker, Hupperts, Krusman, dan langsung ditempatkan di pedalaman.
Baptisan pertama terjadi pada 10 April 1839 yang dilayankan oleh Hupperts. Pekabaran Injil juga disertai dengan pelayanan diakoni, seperti: pendidikan, kesehatan, pembebasan budak. Pasang surut terjadi ketika meletus Perang Dunia I, di mana RMG menyerahkan tugas pemberitaan Injil ke Zending Basel di Swiss pada tahun 1920. Zending Basel meneruskan dan mengembangkan pekerjaan RMG sebelumnya, hingga pendirian Sekolah Pendeta (yakni, cikal bakal terbentuknya Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis sekarang) pada tahun 1932. Zending Basel pula yang membidani lahirnya organisasi Gereja Dayak Evangelis (GDE) pada 4 April 1935 melalui Sinode Umum. Ini jugalah sinode umum yang pertama untuk GDE. Tetapi pada masa pendudukan Jepang, GDE terputus hubungannya dengan Zending. Selanjutnya, GDE dipimpin oleh pendeta Dayak yang pertama, yaitu: Pdt. H. Dingang Patianom. Para pendeta GDE sadar bahwa gereja bukan hanya untuk orang Dayak tetapi terbuka bagi semua orang. Karena itulah melalui Sinode Umum V pada 5-9 November 1950 diputuskan GDE berubah nama menjadi Gereja Kalimantan Evangelis (GKE).