Komentar :
rosa lia (05/05/2018 11:39)
Makam sunan kudus adalah salah satu makam sejarah islam yaitu walisongo. Tempat ini menjadi wisata ziarah, selalu ramai oleh peziarah lokal maupun luar jawa. Akses menuju makam ini harus membeli tiket di terminal tempat parkir, harga tiket Rp 10.000 untuk 2 orang itu sudah include dengan biaya transport naik becak yang sudah disediakan di tidak jauh dari tempat tiket, jadi sesudah beli tiket di loket langsung berjalan menuju tempat terminal becak lalu berikan saja tiket tersebut dan naik becak untuk berdua/tiket. Jaraknya lumayan jauh sekitar 1km, lalu akan sampai lokasi pas di depan masjidnya. Bentuk bangunan masjidnya sekilas seperti masjid pada umumnya, yang membedakan ialah terdapat menara yang menjadi sejarahnya dan terlihat terbuat dari bata berwarna tanah. Ada baiknya berwudhu dahulu jika ingin masuk ke makam, ketika memasuki pintu makam konon katanya kalau bisa tangan sambil menyentuh bagian pintu yang atas tetapi tidak dipaksakan. Ketika masuk alas kaki harus dilepas jadi agak panas telapal kaki nya kalau siang karena untuk menuju makam sunan kudusnya harus melewati makam-makam saudara atau keluarga beliau yang cukup banyak. Kalau kesini jangan lupa siapkan uang untuk mengisi kotak amal karena lumayan banyak jumlah kotak amalnya.
fitriyanto tersono (12/04/2018 16:05)
Pemandangan di bagian awal area di belakang masjid arah ke regol gapura paduraksa yang menjadi akses masuk peziarah. Di depan regol tampak tembok kelir yang membatasi pandang agar ketika orang berjalan masuk tak bisa langsung melihat isi dalaman area. Di ruang terbuka terlihat deret nisan tua tak beraturan yang tanda namanya sudah hilang ditelan waktu. Cungkup di area ini memayungi kubur orang penting, diantaranya Pangeran Pontjowati, Panglima Tertinggi Angkatan Perang.
Ia adalah suami Ratu Prodobinabar, anak ke-8 atau bungsu Sunan Kudus dari isteri keduanya, puteri Adipati Terung (Pecattandha). Adipati Terung, yang kuburnya dekat sekali dengan kubur Sunan Kudus, adalah anak Arya Damar dari ibu Tan Eng Hwat. Nama Tionghoa Adipati Terung adalah Kin San, dan nama muslimnya Husein atau Raden Kusen. Sebelumnya, Tan Eng Hwat telah melahirkan Raden Patah (Panembahan Jin Bun) dari suami Prabu Brawijaya V .
Cungkup kubur lainnya di kompleks Makam Sunan Kudus yang lokasinya berada di ujung area tepat di belakang masjid. Di dalamnya adalah deret kubur batu putih dari para pangeran yang terlihat tua namun tetap cantik dengan nisan berornamen elok. Tampak pada ujung foto sebelah kiri adalah gapura paduraksa sebagai pintu masuk ke cungkup terbesar dimana di dalamnya terdapat jirat kubur sang sunan dan sejumlah kubur lain di sekelilingnya.
Semua peziarah tampaknya hanya bergegas menuju ke makam utama itu, karena memang itu tujuan utama mereka datang berziarah ke Kudus. Sejumlah jabatan yang pernah disandang Sunan Kudus semasa hidupnya adalah Penasehat Sultan Demak, Panglima Perang, Imam Besar Masjid Demak, Ketua Pasar Islam Walisongo, Penanggung Jawab Pencetak Dinar Dirham Islam, dan Ketua Baitulmal Walisongo.
Nuron Qiym (26/03/2018 09:06)
Masih bingung sama pintu masuk, pintu keluar, dan naruh sandal. Mohon kpd pengurus di perbaiki lagi. Kalo lwat pasar kalo panas y kepanasan kalo hujan y kehujanan.
Arsitekturnya menarik dan cirikhasnya menara kudus dan gerbangnya
Bang Roey (18/03/2018 06:57)
Salah satu walisongo yg selalu ramai dikunjungi peziarah baik dari Jawa maupun luar Jawa. Meskipun sebagai penyebar islam, namun Sunan Kudus sangat arif dalam berdakwah. Hal ini dibuktikan dengan sebuah wasiat yang melarang masyarakat Kudus untuk menyembelih Sapi/Lembu pada peringatan hari raya Kurban/Idul Adha. Sunan Kudus menganjurkan agar sapi yang ada agar tidak dibunuh dan mati dengan sendiri. Hal ini dikarenakan saat itu di kota Tajug (nama kota Kudus tempo dulu) mayoritas didiami oleh masyarakat penganut agama Hindu yang taat. Sapi/Lembu merupakan wahana (hewan tunggangan) Dewa Wisnu yang tak lain adalah dewa tertinggi dalam keyakinan Trimurti. Oleh karena itu, dikhawatirkan jika disembelih akan menimbulkan gesekan antar masyarakat dan dakwah islam akan sulit diterima masyarakat.
Selain larangan penyembelihan sapi, Sunan Kudus juga menggunakan arsitektur khas Hindu saat itu. Arsitektur yang digunakan diantaranya pada gerbang masjid dan gerbang makam. Pada gerbang masjid bagian depan dan gerbang makam terdapat gapura Candi Bentar yang sangat mirip dengan umat hindu pada umumnya. Pada gerbang penghubung antara masjid dengan area parkir lama dan paseban dengan area makam menggunakan gapura yang dinamakan Gapura Paduraksa. Pada umat hindu kala itu, gerbang tersebut digunakan sebagai gerbang yang menghubungkan dengan tempat suci maupun pemakaman orang yang disucikan atau dihormati. Dengan pendekatan budaya dan kearifan dakwah tersebut islam berkembang dengan pesat di Kudus sampai pada masanya Sunan Kudus berpulang ke rahmatullah. Sunan Kudus dimakamkan di belakang masjid menara Kudus bersama dengan keluarga, bangsawan kudus dan KH. Raden Asnawi, seorang kiyai yang juga sebagai salah satu pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama pada masa awal - awal berdiri.
Mohammad yazid (20/01/2018 03:11)
سبحاناالله...
مشاالله
And... Finally, iam here...
Ryfa Reindy Group Diagung (24/10/2017 21:05)
Ok
Tantri Iss (10/10/2017 18:31)
Alamakk penjaga kotak amal sunan kudus infak kok minta tambah emangnya pezarah banyak uang
Taufiq Juragan (10/10/2017 16:15)
Teman-teman yg blm kunjungi wajib datang..belajar sejarah dakwah islam yg luar biasa bagus sekali
Jual Bibit Durian Unggul (10/10/2017 15:49)
Belajar dr sejarah penyebaran islam para wali Alloh..energi yg luar biasa bs kesini
Darun Bae Wiss (05/10/2017 05:20)
Suka sudah kunjungi