Komentar :
Rizki Amalia S (15/05/2018 01:41)
Tempat bersejarah di Kudus tentang mushola jaman dahulu (langgar) dibuat pada masa Sunan Kudus, biasanya digunakan untuk tempat khajatan, sholat, dan acara keagamaan islam lainnya. Disa ada penjaga (juru kunci) yang merawat tempat itu.
nova david (09/05/2018 23:23)
Mirip dengan Menara Kudus, bangunannya terdiri dari tumpukan batu bata merah yang tertata. Namun, karena tidak utuh atau hancur, sehingga dinamakan bubrah atau hancur.
Langgar tersebut terletak di desa dan di tengah-tengah rumah warga. Tepatnya di Dusun Tepasan, Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 8,74×8,40 meter itu memiliki panjang 6,30 meter, lebar 6 meter dan tinggi 2,75 meter. Adapun luas bangunannya sekitar 37,80 m2.
Bayu Ardi (15/04/2018 08:27)
Good
Bang Roey (18/03/2018 06:44)
Langgar bubrah adalah salah satu bangunan peninggalan era sunan kudus. Masyarakat menyebut sebagai langgar bubrah karena bangunan yang belum sepenuhnya jadi. Salah satu riwayat juga menyebutkan tempat ini adalah peninggalan dari Pangeran Poncowati. Situs ini terletak kurang lebih 100 m kearah timur dari perempatan Masjid Menara Kudus. Atau tepatnya terletak didepan taman Sunan Kudus, kemudian belok kanan dalam gang kecil kira - kira sejauh 100 m.
makurusu yuza (01/03/2018 14:33)
It's a good start to reveal the real Kudus' history took place.
Raja Property (05/09/2017 12:05)
Masjid Bubar atau Langgar Bubar Tempat bersejarah peninggalan Pangeran Pontjowati panglima perang Kanjeng Sunan Kudus Suami dari Ratu Probodinambar ( Putri Kanjeng Sunan Kudus Syech Djafar Shodiq)
Berada di Desa Demangan RT. 03 RW 01 Kota Kudus. Terdapat Lumpang dan Tugu Tegak berdiri menurut Sejarah peninggalan Agama Budha sebelum Islam masuk ke Kudus.
Mazron Qeucár (27/05/2017 11:26)
Merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Kota Kudus. Ada dua versi mengenai asal-usul tempat ini. Versi pertama adalah tempat ini adalah bangunan menara yang gagal dibangun karena suatu sebab. Alkisah Pangeran Pancawati ingin membuat menara untuk adzan dengan kekuatan gaib, dan akan diselesaikan dalam satu malam. Namun salah seorang wanita yang sedang menyapu memergokinya, sehingga terhadi kegagalan dalam membangun menara. Menara gagal dibangun, lalu sang wanita dikutuk menjadi arca batu (seperti di foto yang berupa orang memegang tongkat;sapu?). Versi kedua yaitu tempat ini adalah sanggar pemujaan Hang Anggana, pendiri Kudus Kuno (Tajug) yang dibangun pada tahun 645 M. Terlihat jelas bekas lingga (yang pucuknya sudah hancur) dan yoni berbentuk lumpang besar dengan lubang kecil. Terdapat juga relief yang pada versi pertama dikira sebagai wanita penyapu yang dikutuk, yang sebenarnya adalah relief dewa siwa yang memegang trisula. Terdapat pula relief dewi sri, namun sudah tertutup semen oleh warga. Sanggar pemujaan ini ditinggalkan seiring dengan banyaknya penduduk yang memeluk agama islam. Agaknya versi pertama lebih populer daripada versi kedua, walaupun terdengar tidak masuk akal.
Zoel Elqudsy (08/12/2017 09:56)
Semoga tetap dilestarikan&dirawat dengan baik
Abe El-Farra (17/11/2017 16:28)
Sejarah Masjid Menara Kudus