Komentar :
Rudy Hermansjah Tahir (05/06/2018 13:39)
Bupati Raden Temenggung ( RT ) Notohadinegoro ( Bupati Pertama Jember 1929 - 1942 ) melihat terdapat penyimpangan arah kiblat di Masjid Jami Jember. Dalam berita Koran tahun 1936, dituliskan bahwa Bupati RT Notohadinegoro pernah mengungkapkan arah kiblat dalam salat di Masjid Jami terdapat penyimpangan sekitar 24 derajat.
Penyimpangan arah kiblat ini menjadi motivasi Bupati RT Notohadinegoro untuk melakukan pembangunan ulang (renovasi) Masjid Jami Jember. Selain itu, alasan lain adalah bahan kayu yang sebagai bahan bangunan Masjid Jami yang dibangun tahun 1894 mulai mengalami kekeroposan.
Pada akhir tahun 1935, Bupati Notohadinegoro menyusun anggaran untuk pembangunan masjid baru. Ada dua alasan Bupati RT Notohadinegoro menyegerakan pembangunan masjid baru di lokasi masjid Jami Jember, yaitu: kayu yang ada di masjid banyak yang busuk dan harga bahan bangunan mulai menurun.
Untuk merealisasikan pembangunan masjid baru, Bupati RT Notohadinegoro pada awal bulan Maret 1936 menunjuk Patih Jember sebagai Komisi Masjid bersama Wedono Kota dan para penghulu serta dua orang pribumi asli untuk mengadakan “Koempoelan Para Oelama” di Kantor Masjid.
“Koempoelan Para Oelama” ini melakukan musyawarah dengan dasar ketentuan ‘kitab’ berkaitan permasalahan penyimpangan kiblat dan usaha membangun masjid baru. Hasilnya memutuskan untuk melaksanakan pembangunan masjid baru.
Pembangunan masjid baru ini dilakukan dibawah kontrol Komite Masjid dan Direktur Kerja Kabupaten. Arsitek yang menyusun rencana bangunan Masjid Baru adalah Soegardo.
Pad tanggal 22 Maret 1936, setelah bangunan masjid lama diratakan, dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Masjid Baru.
Biaya pembangunan Masjid Jami yang baru tahun 1936 berasal dari dua sumber pendanaan, yaitu: dari kas pemerintah kabupaten dan perusahaan perkebunan swasta NV. LMOD. Biaya terbesar berasal dari perusahaan perkebunan swasta tersebut. Diperkirakan pembangunan masjid baru ini selesai pada bulan Agustus 1936 untuk bisa diresmikan.
Masjid Jami yang baru dibangun kembali memiliki tinggi 20 meter. Sedangkan masjid yang dibangun tahun 1894 hanya memiliki tinggi 12 meter.
Selain tinggi yang berbeda, juga terjadi peluasan ruang tempat berdo’a atau ruang sholat. Sebelumnya hanya 400 meter persegi, sedangkan masjid baru mempunyai luas 900 meter persegi. Terjadi perluasan dua kali lebih lebar dari pada luas sebelumnya.
Yusafie Romans (11/05/2018 14:44)
Tempat yang nyaman,sejuk,teduh,tenang di tengah tangah kota Jember. Bagus. Ruang sholatnya unik. Berada di jalur jember-banyuwangi mampir buat sholat dhuhur
saiful falaq (10/05/2018 05:39)
Bentuk dan desain dari masjid ini unik sekali dan mengagumkan bentuknya seperti bola walaupun masjidnya terbagi2 memjadi banyak dan kecil2 tetapi itu yg malah menjadi ciri khas dari masjid ini.
Enjik (30/03/2018 10:31)
Istimewa
Cris Anggono (30/03/2018 06:56)
Masjid yang terletak di seberang alun alun. Ada titik 0 km Jember di depan pagar kantor yayasan masjid, dekat penyeberangan.
Dave Elzacky (10/08/2017 15:49)
Mungkin bisa dianggap sebagai salah satu "Landmark"-nya kota Jember
Tempatnya Asri dan bagus, dekat pula dengan alun-alun Jember
Endik Mulyono (16/06/2017 05:55)
Masjid yang letaknya strategis dekat dengan alun alun. Tamannya indah terawat, model bangunannya berbeda dengan masjid masjid di jawa pada umumnya
Aditya Putra Widiagma (24/10/2017 21:20)
Bangunannya unik
Erfan Toriq (30/07/2017 06:41)
Masjid Tujuh Kubah
jimbron asf (28/12/2016 06:43)
Desain unik, pada kubah besar memberi efek menggema setiap suara yang dibunyikan. Letak bersebelahan alun-alun Jember.