Komentar :
M Shohibul Umam (08/10/2017 04:28)
Masyarakat sekitar menyebutnya makam Sunan Kalijaga Mara Teka atau dikenal Raden Sahid Mara Teka. Sebagian masyarakat juga ada yang menamakan makam Ploso Medalem. Tempat tersebut diyakini sebagai petilasan Sunan Kalijaga yang ada di Tuban.
Makam tersebut terletak di Dusun Soko, Desa Medalem, Senori. Dari pusat kota Tuban menuju lokasi makam, diperkirakan sekitar kurang lebih 65 km. Sebelum diziarahi oleh masyarakat luar dan dibuka oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), makam tersebut sudah ditemukan oleh seorang penduduk setempat.
Juri kunci makam, Ali Imron saat ditemui dilokasi makam menceritakan, sebelum dibuka dan diresmikan oleh Gus Dur pada 1999 lalu, keberadaan makam tersebut sudah ditemukan oleh seorang warga setempat yang bernama Mulyadi. “Mulyadi itu masih Pak Lek kulo,”ujar Imron.
Diceritakan, saat itu pamannya termasuk orang kaya di Desa Medalem. Namun suatu hari hartanya semakin habis, lalu membuat rumah di tengah area ladang atau tegalan. Disitu ia hidup sendirian dan tidak punya tetangga. Dari situlah tiap malam antara sekitar jam 21.00 hingga 23.00, Mulyadi sering didatangi seseorang yang berpakaian serba hitam.
“Tiap hari didatangi terus. Orang itu bilang agar Pak Lek (Mulyadi, Red) merawat makam yang masih rumbuk. Dan ternyata, ketika kesokan harinya dicek, makam tersebut ternyata ada. Dulu tempat ini memang rungget (banyak semaknya),” imbuh Imron.
Setelah ditemui beberapa kali, akhirnya Mulyadi datang dan berkonsultasi kepada Kiai Baidi (ayah Gus Mad Tuban). Saat itu, Mulyadi diajak oleh K. Baidi untuk menghadap ke K.H. Hamid Pasuruan. Saat datang ke rumahnya Kiai Hamid, jawaban kiai tersebut sangat mengejutkan Mulyadi. Katanya kiai Hamid juga pernah ziarah di makam tersebut. Tidak hanya itu, ia juga mengatakan kalau nama dari makam tersebut bernama Raden Sahid Moro Teko. Setelah ditanyakan kejelasan makam tersebut, seminggu kemudian Kiai Baedi bersama warga setempat mulai membukanya.
“Tapi dulu kondisinya belum secerah ini, keadaannya masih banyak semaknya. Jadi kelihatan angker. Selain itu, pemerintah dulu kan senpat melarang untuk menziarahi,”tandasnya.
Dijelaskan Imron, saat zamannya Gus Dur menjadi presiden, tepatnya pada 1999, makam tersebut baru dibuka dan direnovasi sedikit demi sedikit. Kedatangan Gus Dur ke makam karena beliau dapat petunjuk, kalau ingin negara makmur harus berziarah ke makam Sunan Kali Jaga. Saat itu Gus Dur datang ke Kadilangu, Demak. Akan tetapi, di situ Gus Dur dapat firasat untuk ziarah ke makam Sunan Kalijaga yang berada di Kabupaten Tuban. Dengan melalui Riyadh Tsauri yang biasa dipanggil Gus Aya, selanjutnya mencari keberadaan makam tersebut. Informasi yang diterima ternyata benar terdapat makam Sunan Kalijaga yang letaknya di Dusun Soko, Desa Medalem, Kecamatan Senori. Sehingga Gus Dur datang dan berziarah ke makam tersebut. Tepatnya pada 17 Ramadhan persisnya 1999. Pada saat itu, makam sudah mulai dibuka. “Kalau menurut penuturan Gus Dur, yang di Kadilangu itu kantornya, akan tetapi di sini makamnya. Tapi semua itu Allahu a’lam,” papar Imron.
Setelah ditetapkan acara haulnya, selanjutnya di tahun 2000 masehi dibentuk juru kunci oleh pihak desa dan kecamatan setempat. Dalam musyawarah tersebut, lalu ditetapkan sebanyak 5 juri kunci. Di antaranya, Mbah Sangep, Khoribun, Mbah Modin Wanijo, Dimiyati, dan Ali Imron. Di saat itu pula, sekitar makam mulai dibangun dan renovasi. “Akan tetapi kelima juru kunci tersebut empat sudah meninggal, ya tinggal saya juru kuncinya ini,” katanya. (suwandi)