Komentar :
AR Sugeng Riyadi (03/05/2018 14:20)
Aula ini memang spesial. Selalu memberikan support kepada para mahasiswa dan civitas akademika UIN Walisongo Semarang.
Kamis, 3 Mei 2018 telah digelar Seminar Nasional bertajuk "Mempertanyakan Temuan Waktu Shalat Isya' dan Shubuh Baru".
Seminar menghadirkan 4 Narasumber: Prof. Tono Saksono (ISRN-UHAMKA), Ustadz AR Sugeng Riyadi (Assalaam Observatory), Dr. Ahmad Izzuddin dan Kyai Slamet Khambali (UIN Walisongo).
Peserta mayoritas mahasiswa Ilmu Falak UIN WS, baik yang S1, S2 maupun S3. Peserta paling jauh ada dua mahasiswa dari UIN Sunan Ampel Surabaya.
Pembukaan diawali pembacaan Kalam Ilahi dilanjut sambutan Ketua Panitia, sambutan Dema dan secara resmi dibuka oleh Dekan FSH UIN Walisongo.
Selepas paparan dari keempat Narasumber, rangkaian Seminar diakhiri dengan sessi tanya-jawab dan foto bersama kemudian ditutup pada pukul 12:45 waktu setempat.
Seminar menghasilkan beberapa point:
1. Prof. Tono Saksono, mengusulkan Awal Shubuh di Imdonesia.pada dip = -13°
2. Hasil observasi fajar di Labuan Bajo NTT setelah dianalisis dengan teknik imaging, Prof. Tono Saksono menolak adanya tanda fajar pada dip -20° maupun dip -19°. Namun beliau menerima adanya fajar pada dip -16° bahkan pada dip -17°.
3. Temuan Prof. Tono Saksono, SDA = -13° blm bisa menggugurkan kriteria Pemerintah RI, karena wilayah observasinya masih bersifat lokal.
4. Awal Shubuh masih menggunakan kriteria Pemerintah RI, yakni SDA = -20°.
5. Diharapkan segera ada SOP Observasi Fajar yang dirumuskan oleh Tim Khusus yang dibentuk Pemerintah RI.
6. Disepakati adanya "Gerakan Ummat Memburu Fajar". ISRN-UHMKA akan adakan observasi fajar bersama.