Komentar :
Flabird Coffee (14/01/2015 04:09)
sejarah kopi Bali
Berbeda dengan hampir semua daerah yang menghasilkan kopi di Indonesia, seperti Jawa dan Sumatra, perkebunan kopi di Bali bukan dipelopori oleh pemerintahan kolonial Belanda, tapi dari para pedagang dari Lombok yang membawa bibit kopi ke Bali di awal Abad 20. Jadi, dibandingkan dengan daerah lain, perkebunan kopi di Bali termasuk yang paling muda, memang. Kesuburan tanah vulkanis dan iklim di daerah Kintamani memang sangat ideal untuk pertumbuhan kopi di Bali yang berlangsung sangat cepat. Dan jenis kopi yang dibawa oleh para pedagang dari Lombok ke Bali pada masa itu adalah Robusta, yang tahan hama dan mempunyai kadar kafein yang tinggi.
Daerah Kintamani yang terletak di utara Pulau Bali sampai saat ini masih merupakan penghasil kopi yang utama di Pulau Dewata ini, meskipun saat ini Arabika lebih banyak ditanam ketimbang Robusta. Mengapa? Karena Arabika rasanya tidak terlalu asam dan harganya lebih tinggi. Jelas, hal ini lebih menguntungkan bagi para petani dan pengusaha kopi di Bali.
Kita boleh bangga, bahwa pada tahun 2008 Kopi Bali yang berasal dari Kintamani ini mendapat sertifikat Geographical Indication (GI) secara resmi, yang artinya kopi Bali sudah memenuhi kualitas internasional. Sertifikat ini juga biasa diberikan untuk wine dan keju.
Keunikan dari perkebunan kopi di Bali adalah karena biasanya pengurus kopi di sana juga adalah para petani beras. Para petani di Bali biasa bekerja dengan memegang prinsip Tri Hita Karana, sebuah filosofi yang berpusat pada usaha untuk menjaga perdamaian dan ketenangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.
Perbedaan lainnya antara kopi Bali dengan kopi-kopi lain di Indonesia adalah cara memrosesnya. Kopi Bali diproses dengan cara tradisional Bali. Buah kopi dibuang sebelum bijinya mengering, dan proses ini disebut sebagai “proses basah”. Sementara, biasanya kopi di Indonesia melalui “proses kering”, di mana seluruh buah kopi dikeringkan dulu. Itulah sebabnya, warna biji kopi Bali lebih terang dibanding kopi-kopi lainnya di Indonesia. Rasanya mirip seperti kopi-kopi di Pulau Jawa, Timor, dan Flores, dan agak sedikit mirip dengan kopi Toraja dan kopi Sumatra.
A Google User (14/01/2015 04:09)
sejarah kopi Bali
Berbeda dengan hampir semua daerah yang menghasilkan kopi di Indonesia, seperti Jawa dan Sumatra, perkebunan kopi di Bali bukan dipelopori oleh pemerintahan kolonial Belanda, tapi dari para pedagang dari Lombok yang membawa bibit kopi ke Bali di awal Abad 20. Jadi, dibandingkan dengan daerah lain, perkebunan kopi di Bali termasuk yang paling muda, memang. Kesuburan tanah vulkanis dan iklim di daerah Kintamani memang sangat ideal untuk pertumbuhan kopi di Bali yang berlangsung sangat cepat. Dan jenis kopi yang dibawa oleh para pedagang dari Lombok ke Bali pada masa itu adalah Robusta, yang tahan hama dan mempunyai kadar kafein yang tinggi.
Daerah Kintamani yang terletak di utara Pulau Bali sampai saat ini masih merupakan penghasil kopi yang utama di Pulau Dewata ini, meskipun saat ini Arabika lebih banyak ditanam ketimbang Robusta. Mengapa? Karena Arabika rasanya tidak terlalu asam dan harganya lebih tinggi. Jelas, hal ini lebih menguntungkan bagi para petani dan pengusaha kopi di Bali.
Kita boleh bangga, bahwa pada tahun 2008 Kopi Bali yang berasal dari Kintamani ini mendapat sertifikat Geographical Indication (GI) secara resmi, yang artinya kopi Bali sudah memenuhi kualitas internasional. Sertifikat ini juga biasa diberikan untuk wine dan keju.
Keunikan dari perkebunan kopi di Bali adalah karena biasanya pengurus kopi di sana juga adalah para petani beras. Para petani di Bali biasa bekerja dengan memegang prinsip Tri Hita Karana, sebuah filosofi yang berpusat pada usaha untuk menjaga perdamaian dan ketenangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.
Perbedaan lainnya antara kopi Bali dengan kopi-kopi lain di Indonesia adalah cara memrosesnya. Kopi Bali diproses dengan cara tradisional Bali. Buah kopi dibuang sebelum bijinya mengering, dan proses ini disebut sebagai “proses basah”. Sementara, biasanya kopi di Indonesia melalui “proses kering”, di mana seluruh buah kopi dikeringkan dulu. Itulah sebabnya, warna biji kopi Bali lebih terang dibanding kopi-kopi lainnya di Indonesia. Rasanya mirip seperti kopi-kopi di Pulau Jawa, Timor, dan Flores, dan agak sedikit mirip dengan kopi Toraja dan kopi Sumatra.