Komentar :
HC Hauw (24/06/2019 12:41)
Hope
Eddy Ming (07/05/2019 08:31)
Muara Angke (6°6′21″LS,106°46′29.8″BT) adalah pelabuhan kapal ikan atau nelayan di Jakarta. Ditandai dengan dioperasikannya penunjang kebutuhan nelayan seperti pelelangan ikan (struktur dan fasilitasnya) selain kelaziman sebuah bandar yang dikelola seorang syahbandar. Secara administratif pemerintahan, Muara Angke terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Lokasinya berdekatan dengan Muara Karang.
Meski dikenal banyak orang Jakarta sebagai kampung nelayan, tempat pelelangan dan pelabuhan ikan serta tempat makan ikan bakar, namun Muara Angke menyimpan potensi lain. Di daerah ini, terdapat Suaka Margasatwa Muara Angke, kawasan hutan bakau seluas 25,02 hektare yang dihuni tak kurang dari 90 spesies burung.
Muara Angke merupakan bagian dari hutan bakauterakhir yang tersisa di provinsi DKI Jakarta. Kawasan hutan Angke-Kapuk yang terdiri dari Suaka Margasatwa Muara Angke, Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam Angke Kapuk merupakan hutan bakau yang terakhir yang dapat dijumpai di Jakarta. Kawasan hutan ini memiliki luas keseluruhan sekitar 170,60 ha.
Pemerintah DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah No. 1 tahun 2012 bertekad membangun tanggul laut raksasa (giant sea wall) di sepanjang pesisir Jakarta sebagai bagian dari proyek Jakarta Coastal Defence Strategy. Proyek tersebut dilaksanakan untuk meminimalisir banjir di Jakarta akibat masuknya air laut dan penurunan tanah (land subsidence) serta berperan sebagai waduk untuk suplai air baku di Jakarta sehingga penurunan muka tanah akibat pengambilan air tanah dapat diminimalisir. Salah satu wilayah yang terkena imbas dari pelaksanaan proyek giant sea wall adalah Muara Angke. Wilayah ini dikenal sebagai kampung nelayan yang berada di kawasan perikanan DKI Jakarta. Di Muara Angke terdapat pelabuhan perikanan yang terintegrasi dengan perumahan nelayan dan kantor pengelola pelabuhan perikanan milik pemerintah DKI Jakarta. Hampir seluruh masyarakat yang tinggal di Muara Angke menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan, baik menjadi nelayan tradisional, Anak Buah Kapal (ABK), maupun nelayan pemilik kapal.[1]
VEVO heboh lucu unik koplak dan menghibur (05/02/2019 18:15)
Cool place
tony lunk (27/03/2018 09:53)
Its ok
Nazory Jory (29/01/2017 10:43)
Customer cargo
Adi Tok (25/01/2018 12:11)
Muara angke bagi saya asik saya udah lima belas tahun di muara angke
Riski Pajri Yansyah (22/12/2017 01:10)
Akses menuju Pulau Seribu. Tempatnya kumuh & bau amis ikan.
Umbar Prakoso (21/12/2017 15:36)
Aksesnya kurang representatif, karena lewat pasar ikan dengan kondisi khasnya yaitu kumuh dan bau ikan, apalagi sering kena banjir rob juga kalo laut pasang.
Paling ngga dateng jam 6an pagi biar dapet tempat duduk di kapal, apalagi kalo lewat jam7 brati udah ditinggal.
Herman Chen (16/08/2017 02:32)
Sebagai akses pintu ke tempat pulau2 yg indah di sktr
Sukaryanto Ng (11/06/2017 09:38)
Akan lebih baik bongkar muat ikan dan penumpang dibuat terpisah sehingga susananya enak tdk bau dan kotor
ida gloria (24/05/2017 13:46)
Lautnya kotor😔
Didin Tea (28/04/2017 15:49)
Tempat kerja
Syifa Nabila (01/04/2017 07:16)
Lebih baik agar ditingkatkan lagi fasilitas dipelabuhan maupun dikapalnya
Yudi Guntara (05/03/2017 17:02)
Numpang tanya,kalau mau ke pulau tidung,lewat pelabuhan ini atau yang di kali adem yah??
Riyan Yudistira Adi Winata (05/02/2017 21:41)
Kapal nelayan dan kapal wisatawan jadi satu tempat
Johan Pratama (01/02/2017 09:24)
Sudah pindah tempat ke pelabuhan kaliadem
uddin lumajang (09/01/2017 08:59)
Ok
M ALi ZA (26/10/2016 04:38)
Kapal kayu ke pulau tidung dll. Jam 6 pagi berangkat
Justin Kelvianto (20/06/2016 18:04)
Orangnya suka buang sampah sembarangan, bikin kotor aja